Lalu haruskah aku menjelmakan rasa menjadi potongan-potongan kewacanaan agar aku nampak memilih?
Padahal pilihan-pilihan itu pun tak ada. Atau harus aku yg membuat pilihan-pilihan itu? Agar aku nampak lebih.. Manusia?
Pilihan kanan-kiri, hitam-putih, benar-salah?
Aku rasa aku hanya mencari kesetimbangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar