Kalau diingat-ingat ke belakang, jaman-jaman masih pake seragam, saya belajar dengan membaca (atau menghafal ya?) lalu tanya jawab dengan teman-teman supaya materinya lebih lama diingat. Saat itu sih iya, begitu ujian, nilai-nilai saya bagus, tapi kalau ditanya sekarang, kebanyakan udah ga saya inget lagi. Saat itu saya cuma ngejar nilai bagus aja. Saya gatau tuh kenapa sih harus belajar biologi, fisika,dll. Ngafalin aja, tanpa faham konsepnya. Kalo dipikir sekarang, sayang ya.. Sayang waktu, sayang juga sama kapasitas otak yang dipakai percuma.
Makanya saya pikir untuk Dalil, saya dan suami harus bikin kurikulum yang jelas. Yang sampai sekarang masih juga belum dibikin-bikin (kebiasaan wacana! Huhuh). Alhamdulillahnya NHW 5 ini diminta bikin desain pembelajaran ala kita. *colek suami dulu
Sebelum membuat kurikulum untuk Dalil (dan adik-adiknya), kami melakukan evaluasi awal. Hal-hal apa saja yang sudah kami lalui dan pendidikan seperti apa yang kami dapatkan. Didiskusikan, untuk menentukan nilai-nilai apa saja yang akan kami pegang sebagai orangtua, sekaligus fasilitator.
berikut hasil diskusinya:
Makanya saya pikir untuk Dalil, saya dan suami harus bikin kurikulum yang jelas. Yang sampai sekarang masih juga belum dibikin-bikin (kebiasaan wacana! Huhuh). Alhamdulillahnya NHW 5 ini diminta bikin desain pembelajaran ala kita. *colek suami dulu
Sebelum membuat kurikulum untuk Dalil (dan adik-adiknya), kami melakukan evaluasi awal. Hal-hal apa saja yang sudah kami lalui dan pendidikan seperti apa yang kami dapatkan. Didiskusikan, untuk menentukan nilai-nilai apa saja yang akan kami pegang sebagai orangtua, sekaligus fasilitator.
berikut hasil diskusinya:
VISI KELUARGA MUSLIM:
"Mendapat ridha Allah dan berkumpul di syurga"
MISI KELUARGA RADIT DAN FIFI:
"Melahirkan individu muslim yang berkualitas dan berintegritas sehingga bisa mengangkat harkat umat muslim di muka dunia"
Berangkat dari Visi dan Misi ini kami berusaha membentuk Kurikulum keluarga, kurikulum bagi anggota keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak.
Sebagai keluarga muslim tentunya kami memakai cara hidup umat muslim dengan Al-quran dan Hadits sebagai pedoman
KURIKULUM ORANG TUA
Di masa awal pertumbuhan anak kami dan juga keluarga kami terdapat beberapa peran yang kami lakukan:
- Menjadi pengasuh
- Menjadi teman bermain
- Menjadi teladan
- Menjadi fasilitator
Lalu juga akan tiba saatnya ketika orang tua memiliki peran yang lebih advance:
- Menjadi mentor
- Menjadi investor
- Dll
Dari peran ini kami menjabarkan pembelajaran apa saja yang harus dilakukan orang tua
SEBAGAI PENGASUH
- Paham cara merawat kebersihannya
- Paham tentang kebutuhan gizinya
- Mengetahui tentang kebutuhan kesehatannya
- Mampu mengawal capaian tumbuh-kembangnya
- Peka terhadap bahasa tubuhnya
SEBAGAI TEMAN BERMAIN
- Memahami kemampuan bermainnya sesuai dengan umurnya
- Meluangkan waktu untuk bermain (kebiasaan atau jadwal)
- Mampu melakukan kegiatan bermain yang sesuai perkembangan fisiknya
SEBAGAI TELADAN
- Mengetahui target keteladanan sesuai dengan nilai yang dijunjung, bila nilainya Islam maka bisa mengambil role model Nabi Muhammad SAW
- Membangun kebiasaan ibadah
- Mengembangkan kebiasaan ibadah hingga mencapai model yang dituju
- Melingkupi suasana rumah dengan hal positif dan kebaikan
- Membangun dan menyempurnakan akhlaqul karimah
- Membangun semangat belajar dan improvisasi diri
MENJADI FASILITATOR BELAJAR
- Memahami capaian belajar sesuai umurnya
- Membuat kurikulum belajar anak sesuai pertumbuhannya (fitrahnya)
- Membuat kegiatan belajar sederhana untuk menstimulasi tumbuh-kembangnya
- Mebacakan buku cerita (kosa kata)
Kemudian, Kami membuat kurikulum anak, sampai saat ini masih di tahap usia Dalil 6-24 bulan. Tahapan ini merupakan tahapan pembentukan pondasi emosi dan fisik. Kunci pada tahapan ini adalah experience.
“EXPERIENCE” banyak melakukan kegiatan untuk pengalaman-pengalaman indra dan motorik. Berdasarkan pendidikan berbasis fitrah, experiences ini dibagi kedalam tiga poin pembelajaran.
1. Fitrah Keimanan : - mendengarkan dzikir pagi-petang, tilawah, dan doa harian
2. Fitrah Belajar : - mengenal tekstur untuk indra peraba (pasir, rumput. air, kain,dll)
- mengenal tekstur dan rasa untuk indra perasa
- bergerak di air, dll
3. Fitrah Bakat : di tahap ini orangtua mengobservasi bagaimana reaksi anak terhadap pengalaman-pengalaman yang dia dapatkan
Dengan latar belakang saya dan suami di bidang desain, kami sepakat menjadikan kreatifitas sebagai tools dalam pembelajaran. Sambil berkegiatan, kami melakukan observasi terhadap anak, Di bagian mana anak terlihat lebih enjoy dan menonjol.
Kurikulum untuk anak akan terus dikembangkan, pr untuk saya (dan suami) adalah mempelajari lebih lanjut ilmu-ilmu dalam mendidik anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar